Minggu, 23 Mei 2010

ADA APA DENGAN UJIAN NASIONAL ?

Ujian Nasional untuk siswa SMA, SMP dan SD baru saja selesai digelar oleh Dinas Pendidikan, dan sebagian hasilnya sudah kita ketahui bersama. Bukan hanya tingkat kelulusannya saja yang membuat saya mengelus dada, tapi juga tingkah polah para siswa setelah mengetahui hasil ujiannya. Yang lulus ujian, corat-coret baju seragam terus konvoi naik kendaraan keliling kota, yang ujung-ujungnya malah mengganggu ketertiban umum. Sementara yang tidak lulus, menangis, teriak-teriak histeris mirip orang kesurupan. Ini adalah salah satu problem (atau jangan-jangan sudah bukan dianggap problem lagi karena dari tahun ke tahun selalu begitu) dari sekian banyak problem dunia pendidikan kita. Tulisan ini hanya sekedar opini saya saja bukan bermaksud mencari kambing hitam.
Saya menilai Dinas Pendidikan sekarang ini sudah melenceng dari tugas awalnya yaitu memberikan pendidikan kepada generasi muda bangsa. Dinas Pendidikan sekarang ini lebih mengarah kepada "Dinas Pengajaran" alias hanya sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa. Lihatlah tingkah laku siswa/siswi yang tidak lulus ujian, ada yang stress, berteriak-teriak histeris bahkan ada yang nekat mau bunuh diri segala. Betapa labilnya mental mereka, seolah-olahtidak lulus Ujian Nasional adalah akhir dari segalanya, tidak ada masa depan. Mengapa demikian ? Salah satu penyebabnya adalah adanya tuntutan orang tua dan sekolah bahwa mereka harus lulus, bahkan kalau bisa menempati peringkat/ranking 100, 10 atau 3 besar. Banyak orang tua dan sekolah sekarang ini lebih mementingkan hasil akhir daripada mengarahkan untuk menjalani proses yang benar, maunya serba instan. Mereka hampir setiap saat menuntut dan menginginkan anak/muridnya untuk berhasil ini dan itu tapi lupa mengajarkan bagaimana cara meraihnya dan bagaimana harus bersikap jika gagal meraihnya. Makanya jangan heran jika mereka menghalalkan segala cara untuk meraihnya, mulai dari sekedar nyontek sampai mencari bocoran jawaban soal ujian. Dengan makin meningkatnya angka laporan tindak kecurangan selama Ujian Nasional menunjukkan betapa rendahnya tingkat percaya diri para peserta ujian (ingat, orang yang biasa bertindak curang akan selalu berpikiran orang lain juga pasti bertindak curang, karena itu sebelum dicurangi dia berbuat curang duluan). Bahkan untuk mengurangi tingkat kecurangan, soal Ujian Nasional pun harus dijaga ketat oleh aparat kepolisian. Suatu hal yang menurut saya sangat memprihatinkan dan menggelikan (kasihan polisi, tugasnya bertambah satu lagi).
Ada cerita sari teman saya seorang guru SMK ketika menangkap seorang peserta ujian membawa bocoran jawaban, dia bertanya kepada siswa tersebut,
"Dari mana kamu dapat bocoran jawaban ini ?!"
"Dari teman, Pak." jawab sang siswa dengan sedikit tersenyum.
"Kamu percaya dengan bocoran jawaban ini ?!"
"Percaya, Pak."
Mendengar jawaban itu Pak Guru ini langsung terdiam sambil mengelus dada, termenung sambil berkata dalam hati, "parah, bodoh, gak punya otak". Kenapa Pak Guru ini sampai berkata demikian ? Karena dari bocoran jawaban tersebut dia membaca ada yang mencantumkan jawaban yang benar adalah "E", padahal opsi jawaban soal ujian hanya sampai "D".
Ada juga sebuah peristiwayang sangat menggelikan -setidaknya menurut saya, yaitu ketika ada sebuah sekolah di Gresik, Jawa Timur sampai menganggap perlu untuk menggelar istighosah sebelum pelaksanaan Ujian Nasional, seolah-olah Ujian Nasional telah berubah menjadi momok yang menakutkan.
Inilah salah satu dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi Dinas Pendidikan kita, masih banyak masalah lain yang tidak bisa saya tulis semuanya di blog ini (butuh blog tersendiri yang membahas dunia pendidikan kita).
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar